Selasa, 14 Oktober 2008

Suasana Saat Nonton Lagi Film "Laskar Pelangi"

Hari Minggu lalu, tepatnya 05 Oktober, menghabiskan sisa libur lebaran saya ajak keluarga nonton film ini (lihat disini). Eh, Sabtu kemarin rumah dipenuhi oleh adik ibu beserta adik-adik sepupuku. Mereka sengaja datang tuk berkunjung dan menginap di rumah. Alhamdulillah.

Obrolan malam mingguan itu berlangsung hingga lewat tengah malam, di temani oleh irisan buah mangga, jeruk dan aneka gorengan. Sayang, tok beer di rumah lagi habis, hehehe.

Paginya, ditemani sarapan nasi uduk, yang sayangnya lagi tak ada semur jengkolnya, kami melanjutkan obrolan semalam yg belum usai. Tema pembicaraan ngalor ngidul kesana kemari tak ada putusnya, hingga akhirnya kami membahasa film yang tengah digandrungi banyak orang saat ini, yakni Laskar Pelangi.

Akhir kata, kami berangkat ke jaringan XXI di Bekasi. Tepat jam 10.00 pagi itu kami sudah menunggu di koridor depan bioskop yg belum dibuka. Calon penonton sudah menumpuk. Benar-benar padat. Pengamatan saya, hampir 80% dr para penunggu ini akan lari ke Studio 1 tempat dimana film LP ini diputar. Jelas, mereka bakal menjadi pesaing kami dlm berlomba mendapatkan tiket masuk. Struggle On The Fittest, begitu kata para bule disana.

Kalangan remaja ABG hingga anak-anak kecil yang ditemani oleh kedua orang tuanya. Berdasrkan survei singkat, anak-anak itu ada juga yang ditemani teman-temannya, saudara-saudarany, tetangganya, hingga ke pacar-pacarnya yang notabene masih bocah-bocah juga. Bahkan ada yg di drop melalui jasa kurir, ataupun sekedar diantar oleh sopir taksi, nanti pulangnya di jemput. (Jangan percaya paragraf ini...)

Berikutnya, ini kisah nyata, bukan karangan. Ada dua laki-laki, entah harus menyebut bapak atau om-om ya? Mereka mendiskusikan kepadatan penunggu ini. Saya dengarkan, lebih dr 15 menit mereka menggerutukan prosedur antrian yang sangat padat itu. Mestinya, mereka buka untuk pesanan juga, jadi kita bisa pesan atau beli tiket untuk 1, 2 atau 3 hari ke depan.

Lelaki satunya, menanggapi tak kalah serunya. Aneka teori mereka keluarkan, dlm upaya mendapatkan tiket film yg laris manis ini. Sementara, sambil meraba dan menekan-nekan perlahan pintu pembatas yang hanya terbuat dari plastik tebal, entah polycarbonat atau apapun namanya. Saya ikutan nimbrung saran kepada mereka berdua.

"Pak, dinding pembatas ini, tampaknya tak seberapa kuat. Bagaimana jika kita robohkan dan segera berlari ke loket?. Kita pasti dapat tempat terdepan"

Sesaat mereka terpana dan mencoba mencerna usul saya itu sebelum akhirnya pada tertawa.

"Ah, jangan sampai begitu pak. Nanti kita ga jadi nonton, malah urusan sama polisi..."

Langsung ke filmnya saja. Saya lebih dapat menikmati film ini saat menonton untuk yang kedua kali. Lebih tertawa saat ada kejadian lucu. Begitu juga saat adegan sedih dan mengharukan, saya pun lebih menangis dibandingkan sebelumnya. Tak ada bosan saat menontonnya. Tercatat, sebuah ember menjadi penuh air mata kami yg menangis karena haru saat menikmati film ini.

Tidak ada komentar: