Kamis, 31 Januari 2008
Februari Bersama Asma Nadia - TB Gramed Depok
Apa agendamu sabtu (2 Februari 2008) ini?
Kalau ingin nikmati akhir pekan dengan enjoy sambil ngobrol santai tentang begitu menggugahnya sebuah doa atau ingin tau seberapa kuat doa mempengaruhi hidup seorang perempuan. Tentang daya seorang perempuan yang seperta angin laut.
Sejuk, namun didalamnya terdapat pusaran tenaga yang mencengangkan.
Ya, pada sabtu ini kita akan berkisah dan mendengar kisah dari seorang istri, seorang ibu, seorang perempuan dalam menghadapi hidup ini. So, sahabat wajib datang di acara ini :
Mendengar Getar Hati Perempuan
Bersama : Asma Nadia, dkk
Hari/Tanggal : Sabtu, 2 Februari 2008
Pukul : 14.00 - 16.00
Tempat : TB Gramedia Depok, Lt 2
Datangi acaranya. Dapatkan kejutannya. Rasakan gelombang empatinya
sumber: promolingkarpena@yahoo.com
Sabtu, 26 Januari 2008
Lemariku Bukuku Baruku
Berbekal semangat 2008 ini, didukung dengan pusingnya melihat buku bertebaran di mana-mana, belum lagi dengingan omelan ibu jendral di rumah yang tiada putusnya,akhirnya, lemari berwarna coklat ini berhasil juga di rakit, walau dengan kerapian yang sedikit acak-acakan. Sekarang bersanding manis dengan lemari bukuku yang pertama. Sedikit berbeda warnanya, yang lama agak mudaan.
Yupz, inilah hasilnya. Bukuku kini tampil lebih manis. Mohon maaf untuk komik-komik jadoel, kalian kini hanya kutempatkan di bagian box bawah lemari ini saja.
Kamis, 24 Januari 2008
Workshop "Tips-tips Menulis" - di Bogor
resensibuku@yahoogroups.com
Selasa, 22 Januari 2008
Langit KH Bakal Tampil di Acara Kupas Tuntas - Trans 7
Hari Minggu, tgl 20 Jan 2008 kemarin, bertempat di Candi Bajang Ratu, Trowulan, Mojokerto, dimana situs Kerajaan Majapahit berada telah dilaksanakan proses shooting untuk program TV Trans-7 "Kupas Tuntas".
Hadir sebagai nara sumber. novelis ternama Langit Kresna Hariadi, yang populer dengan novel best sellernya, serial roman sejarah "Gajah Mada", dan Pak Aris, seorang ahli purbakala.
Menurut rencana, wawancara "Kupas Tuntas" ini akan ditayangkan di TV Trans-7 pada hari Selasa, tgl 05 Februari 2008. Jam tayang masih dikonfirmasikan ke pihak stasiun TV tersebut.
Bagi penggemar Langit KH atau penggemar novel serial Gajah Mada dan juga bagi sahabat yg memiliki kepedulian atas budaya Nusantara lama, sehubungan dengan santernya berita akan di bangun ulangnya (rekonstruksi) bekas Kerajaan Majapahit di situs tersebut, jangan lewatkan penayangan acara ini nanti.
Senin, 21 Januari 2008
Perhatian Penerbit Pada Penulis
>> Anwar Holid
SELISIK saya di awal tahun 2008 ini agak murung. Bukan karena di bulan Januari ini kita hampir tiap hari diguyur hujan, tapi karena saya mendengar kabar buruk buat penulis. Kabar itu ialah minimnya perhatian penerbit pada judul atau penulis tertentu.
Dalam pertemuan penerbit-penulis- peresensi di acara Kompas-Gramedia Fair (KGF) 2007 di Sabuga, saya mendapati fakta bahwa penerbit besar seperti Elexmedia saja tak menyediakan dana untuk launching setiap buku. Yang dianggarkan ialah dana promosi untuk keseluruhan buku, terutama dalam setiap acara yang diikuti penerbit. Jelas ini membuat setiap judul sulit menonjol, minimal sekali saja persis begitu terbit.
Memang kesempatan sebuah buku bisa menonjol masih terbuka, misalnya terpilih ikut disertakan dalam iklan ramai-ramai di koran, atau karena pertimbangan tertentu, judul tersebut dipajang poster X-bannernya. Contoh Cherish Every Moment karya Arvan Pradiansyah (Elex, 2007), yang X-bannernya dipasang persis di gerbang ruang utama pameran KGF. Baik Arvan dan bukunya tak muncul dalam rangkaian acara KGF, tapi bisa jadi karena dua buku dia sebelumnya (Life is Beautiful dan You Are a Leader!) termasuk bestseller, Elex memutuskan mengiklankan buku ke-3 dia.
Harus diakui penerbit memang penuh pertimbangan dalam mengiklankan buku. Baru ketika sebuah judul mampu mengangkat reputasi penerbit dan jelas mendatangkan keuntungan, mereka mau berisiko mempromosikan buku.
Ada alasan tertentu kenapa penerbit cenderung hanya mau mendukung 1 - 2 judul bestseller dalam anggaran mereka, yaitu masalah posisi tawar penerbit terhadap toko buku. Makin bestseller, makin banyak diperbincangkan sebuah judul, akan membuat penerbit punya daya tawar bahwa produknya laku dan menguntungkan toko. Harapannya penerbit bisa menegaskan dan berharap lantas produk mereka lainnya bisa ikut terangkat dan terdisplay dengan pantas. Hukum pasar berlaku. Wajar bila penerbit berhitung atas setiap rupiah pengeluaran. Memang penerbit hingga sekarang masih penasaran apa bedah buku dan
sejenisnya beriringan dengan larisnya sebuah judul.
Salah satu aspek yang juga patut diperhatikan ialah ada baiknya seorang penulis memiliki event organiser atau 'publisis' yang mau fokus terus-menerus mengusahakan promosi bukunya. Kondisi ini sebenarnya kurang ideal bagi penulis, sebab secara finansial keuntungan penulis rata-rata hanya 10 persen dari harga buku. Coba bayangkan kerepotan penulis harus mencari rekan kerja yang mau menggulirkan terus ide-ide penerbitan bukunya, belum soal biaya.
Penulis lain, terutama dari kalangan motivator dan manajemen, menyertakan penjualan bukunya dalam paket training atau seminar yang dia adakan. Perimbangan keuntungan dengan cara seperti ini lebih masuk akal; penerbit dan penulis mendapat bagian masing-masing, sedangkan angka penjualan bisa terus bertambah. Tapi memang sudah ada
banyak contoh betapa buku yang dipromosikan dengan gegap gempitan (istilahnya 'hype') dengan pantas berbuah jadi bestseller.
PROMOSI pasti berhubungan dengan anggaran, harapan keuntungan, dan tujuan yang ingin dicapai penerbit; tapi kesan bahwa penerbit pilih kasih dan kurang perhatian pada terbitan mereka jadi sulit dihindari. Penulis yang punya energi dan dana lebih kadang-kadang mesti rela merogoh kantong sendiri untuk berbagai keperluan, baik diskusi, imbalan resensi, bahkan sejenis promosi dari satu tempat ke tempat lain. Terbayang betapa 'pengorbanan' penulis yang amat besar buat bukunya, bahkan akhirnya jadi terasa berlebihan karena kurang didukung sungguh-sungguh oleh penerbit. Pernah saya dengar pengakuan tentang penulis yang sampai mesti mengeluarkan uang untuk pembicara agar mau mengkritik karyanya atau tambahan biaya konsumsi diskusi bukunya, sementara meminta penerbit serius menyediakan buku untuk komplimen bagi para rekanan media atau orang yang relevan saja agak
sulit.
Kira-kira setahun lalu saya pernah ketemu penulis muda yang berambisi agar bukunya mesti disokong promosi, iklan, training, dan sebagainya, agar idenya bisa massif di ruang publik dan mempengaruhi pembaca sebanyak mungkin---mirip yang terjadi pada 'ESQ' karya Ary Ginanjar. Jelas sulit mencari penerbit yang mau setuju dengan klausulnya. Mendengar itu, saya sengaja mendukung dia dengan bilang begini, "Terbitkan sendiri saja mas, kan Anda yakin betul dengan rencana untuk buku itu, apalagi perangkat pendukungnya juga lengkap,
termasuk klik yang siap membantu Anda. Biar semua yang Anda impikan terwujud dan porsi terbesar keuntungan dari penerbitan itu persis jatuh ke tangan Anda." Rupanya buku dia akhirnya diterbitkan sebuah penerbit besar. Tapi barangkali anggaraan promosi untuk buku itu tetap minim, buku dia terbit begitu saja, tanpa iklan atau rencana-rencana besar sebagaimana dia impikan. Jelas keinginannya buyar. Saya berharap, apa pun yang terjadi pada bukunya, semoga buku itu masih bisa merebut perhatian pembaca, terutama ide-ide orisinal yang keluar dari kesungguhannya mencerap pemikiran.
Barangkali ada porsi yang patut dilakukan penerbit terhadap judul dan penulis tertentu. Memang ada penerbit yang agak menolak anggapan bahwa penerbit adalah pihak yang paling besar mendapat porsi keuntungan sebuah buku, dengan bilang bahwa pihak yang paling besar mendapat porsi keuntungan ialah toko buku.
Wah, lepas dari kondisi yang tampak kurang ideal itu, saya berharap perhatian penerbit terhadap penulis terus meningkat, setidaknya kerja sama kedua belah pihak itu lebih berimbang. Bila begitu, barangkali nada murung dalam Selisik bisa sedikit lebih berkurang.[]
Note:
Cherish Every Moment (Arvan Pradiansyah) terpilih sebagai salah satu buku nonfiksi terbaik 2007 versi Ruang Baca Koran Tempo. Kata Hernadi Tanzil, "buku ini memberikan pesan yang singkat tapi sarat makna dan menginspirasi agar hidup kita semakin berkualitas, bisa menikmati hidup yang indah setiap saat, dan menjadi berkat bagi sesama kita di mana pun dan apa pun yang kita hadapi pada saat ini."
Beberapa orang telah meresensi buku ini, antara lain Akmal Nasery Basral, Ratih Poeradisastra, Audifax, Wawan Eko Yulianto, juga saya. Selain mengelola ILM (perusahaan HRD), Arvan Pradiansyah dikenal sebagai pembicara publik dan motivator. Di radio Ramako, setiap Jumat pukul 07.00 - 08.00 pagi dia menjadi host talkshow 'Friday Spirit', tampil sebagai 'personal inspirator.'
Cherish Every Moment kini tengah cetak ulang, dijadwalkan beredar lagi pada awal Februari 2008. Cetak ulang ini membuktikan bahwa buku-buku Arvan bisa diserap pasar dengan baik.
ANWAR HOLID, penulis & penyunting, eksponen TEXTOUR, Rumah Buku Bandung.
KONTAK: 08156140621 - (022) 2037348 | wartax@yahoo. com | Panorama II
No. 26 B, Bandung 40141
Artikel ini diambil selengkapnya dari millis: resensibuku@yahoogroups.com
Minggu, 20 Januari 2008
Pesta Buku Bandung - Jan 29 s.d. Feb 04
29 januari - 4 februari 2008
Landmark Convention Hall
Jl. Braga 129 Bandung
Kunjungi Stand Books
Balkon Area Stand G - H
Buku-buku Impor, harga mulai Rp 10.000 - Rp 60.000
buku sejarah, science, novel, textbook, buku anak, buku masakan, reader digest, dst dst..
dicopas dari:
http://pencintabuku.multiply.com/journal/item/70/pesta_buku_bandung_2008_
Sabtu, 19 Januari 2008
Lembayung Majapahit - Episode 03
Episode 03
“Bagaimana penilaian kakang terhadap latihan ini?” tanyanya kemudian.
Sesungguhnya mereka masih menyayangi leher dan kepala mereka. Mereka masih merasa enggan untuk melepaskannya sekarang. Lebih baik jika untuk sementara ini, mereka memilih bersikap diam saja, menunggu hingga tiba saatnya Sang Maha Patih sendiri berkenan hati membagikan beban itu kepada mereka. Namun demikian, mereka seolah telah berjanji pula, bahwa mereka pasti akan membantunya dengan segenap hati, walaupun harus bertaruh dengan nyawa mereka sekalipun.
Lembayung Majapahit - Episode 02
Episode ke 02
Lembayung Majapahit - Episode 01
Episode 01
Lembayung Majapahit - Prolog
Sahabat semua, terpancing oleh provokasi beberapa sahabat kepada saya, sungguh terpaksa bila akhirnya saya memberanikan diri untuk mencoba membuat satu tulisan. Tulisan bersambung yang akan saya beri nama sebagai "Lembayung Majapahit".
Paling tidak, jika saya boleh berharap, cerita ini kelak bisa menjadi satu kesatuan yang utuh dalam satu bagian cerita. Paling tidak, bisa setara dengan satu bab buku cerita standar.
Adapun maksud dari cerita ini, saya ingin (jika sahabat berkenan) untuk memberikan komentar, kritikan, saran ataupun masukan. Ini forum bebas, sebebas apapun sahabat hendak memberikannya kepada saya. Ucapan terima kasih yang tak ada putusnya akan saya berikan sebagai balasan kepada sahabat semua yang berkenan melakukannya. Bebas saja, cemo'oh paling sadis, sesadis apapun yang sahabat bisa berikan, saya akan terima dengan lapang dada sepanjang itu untuk lebih baiknya tulisan ini selanjutnya. Luasnya langit & dalamnya samudera hati akan saya buka untuk menampung semua itu. Jika ada sahabat yang merasa risi melakukan di forum bebas ini, sahabat bisa mengirimnya melalui jalur PM.
Pada kesempatan awal ini, saya mengucapkan "a great great thank so much" saya kpd para provokators yg tdk jemu2nya berusaha menjerumuskan saya & nampaknya usaha mereka tsb berhasil, yakni: FH, LF & DB. Juga kepada dua orang yg saya sangat hormati & kagumi karya-karyanya yg luar biasa, SHM & LKH, mereka adalah sumber ide & semangat yang tiada habisnya untuk diteladani.
Maafkan atas kelancangan saya ini.
Salam hangat selalu.
Jumat, 18 Januari 2008
Lembayung Majapahit - Sebuah Sinopsis Singkat
Ibunda Prabu Tribhuanatunggadewi tetap dengan pendiriannya.
Sementara itu di ujung barat Jawa Dwipa, Kerajaan Sunda Galuh di Panjalu Ciamis mencoba menerima malapetaka itu dengan legawa. Istana Wilwatikta sudah memohon maaf beserta tangisnya. Tak ada lagi yang dapat mereka lakukan. Hanya sebatas “Esti larangan ti kaluaran” sebagai balasannya. Tidak boleh bagi mereka menikah dengan orang dari luar lingkungan kerabat Sunda. Istana Surawisesa bisa saja mengambil sikap lunak. Namun tidak demikian bagi sebagian kawula. Merekapun berangkat menuju Bumi Tarik untuk mengukur lebarnya dada Sang Maha Patih.
Mohon doanya, agar penulisan cerita ini berjalan lancar hingga selesai,
Great thanks