Senin, 11 Agustus 2008

Cerpen: Dimana Arti?

Arti termenung di bangku belakang taksi. Kegembiraan sesaat yang lalu tak nampak lagi. Kilat sinar mata bahagia, ekspresi kegembiraan keluar masuk dari satu merchant ke merchant yang lain pupus sudah.

Pikiran menerawang pada kehidupan yang kini ia jalani.

"Akh, ini hanyalah sementara waktu. Tak ada pilihan lain, aku memang harus lalui tahapan ini..." batinnya berusaha menenangkan dirinya sendiri yang tengah gelisah.

Taksi terus melaju menembus sore yang kian temaram, sebentar lagi malam memanjat perlahan.
------------------

Sementara itu, di seberang jalan, dua lelaki seolah tak berkedip menatap ke arah pintu rumah tinggal Arti.

"Ia belum datang... Mungkinkah kita terlambat?" desis seorang diantara.
"Sabar, sebentar lagi ia pasti datang. Teman kita melaporkan ia naik taksi dan ia yakin, gadis itu sedang dalam perjalanan pulang ke rumahnya, kemari" jawab rekan satunya.
--------------------

"Kau harus dapatkan anak itu, atau jangan pernah kau berani berdiri lagi dihadapanku". Suara teriakan Amin terdengar serak di ponsel lelaki yang tengah melajukan kendaraannya membelah kota.

"Siap, bos. Saya paham" jawabnya tegas. Bukan sekali ini ia melakukan tugas penculikan. Baginya tak akan terlalu sukar mendapatkan seorang gadis dari rumahnya. Dulu, seorang pengusaha nasionalpun pernah ia ciduk di pelataran parkir kantor, walau untuk itu ia harus menikam seorang satpam dengan pisau di perutnya.
-------------------

Taksi memperlambat laju kendaraannya ketika mendekati rumah berpagar hijau yang ditunjukkan oleh penumpangnya. Ketika taksi berhenti, Arti segera membuka dompetnya mengambil uang yang ditunjukkan oleh argometer. Semua berjalan cepat, ketika secara bersamaan dua lelaki memasuki taksi tersebut. Seorang lelaki dengan sigap duduk disebelahnya dan mendekap erat badannya. Ketika kesadarannya sesaat kemudian pulih, ia membuka mulutnya hendak berteriak minta tolong pada orang-orang di sekitar taksi. Belum sempat ia lakukan, kain beraroma khas telah menutup mulut dan hidungnya. Sesaat kemudian, dunia Arti menjadi gelap gulita.

Di saat yang sama, sopir taksi dengan tubuh sangat gemetar dipaksa keluar oleh seorang lelaki bertopi dan berkaca mata gelap yang mengarahkan pistol ke jidatnya. Masih dengan ketakutannya, sang sopir membuka pintunya dan menjatuhkan diri ke aspal jalan. Bergegas sang penodong masuk dan memegang kendali atas mobilnya, untuk melesat menghilang dalam gelapnya malam sesaat kemudian.
-----------------

"Anjing, sialan...." teriak lelaki yang datang tak lama kemudian di tempat itu. Kerumunan orang saling bersahutan menceritakan kejadian pencurian sebuah taksi berikut seorang gadis penumpangnya. Arti diculik. Ya, Arti nama gadis tetangga mereka kini hilang di culik oleh dua orang lelaki.

"Hem, apa yang harus kukatakan pada bos Amin?" keluh lelaki yang perlahan meninggalkan tempat itu.

Tidak ada komentar: